Baru saja berakhir
Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban
Kilauan indahnya pelangi
Hujan kali ini
berpetir dan guntur. Membuat anak-anak, yang pada hujan siang tadi bermain hujan,
berdiam di rumah. Kami pun tak bisa kemana-mana karena seisi kampung itu bertanah
belok (kotor, bahasa sana). Namun hal
itu membuat pelangi cinta justru terukir di dalam rumah-rumah kami yang
berkumpul komplit sekeluarga. Dengan rintik hujan sebagai backsound, kami bertukar cerita; duka maupun tawa.
Aku dan housemate-ku, Keshya, mendapat sebuah
pelajaran berharga dari Papa, ikhlas. Papa adalah seorang pemulung tingkat
kelurahan. Gaji yang ia peroleh sangat jauh di bawah standar dan ia harus
menghidupi seorang istri dan dua anaknya. Setiap hari ia berangkat bekerja
selepas sholat subuh dan kembali tengah hari. Menurut ceritanya, sebelum ini ia
sempat menjadi koki. Fakta inilah jawaban atas makanan-makanan enak yang sejak
menjejak rumah ini kusantap.
Tepatnya Jumat tanggal
6 malam, kami, Barikara FHUI 2015 tiba di Desa Kebun Sayur Ciracas dan membuka
kegiatan Live-In kami di Rumah Belajar Matalangi. Kami dipertemukan dengan
induk semang kami di sini, tempat tiga hari belajar satu perspeksi kehidupan
baru. Malam pun larut, kami pulang ke rumah orangtua kami masing-masing. Aku
dan Keshya berkesempatan tinggal di rumah Mama Asih. Malam itu setelah
meletakkan barang, aku berkumpul dengan keluarga Mama Asih di ruang tengah
sambil minum teh dan mengudap bakwan udang yang sangat enak. Menjelang tengah
malam, Mama Asih menyuruh kami beristirahat. Kami pun beranjak ke kamar setelah
menyuruh Asih juga istirahat.
Asih adalah salah satu
anak yang sangat aktif dan bersemangat terhadap kegiatan-kegiatan yang diadakan
UI untuk anak-anak Ciracas, termasuk kegiatan FHUI 2015 yang baru saja
terlaksana, Social Project. Kebahagiaannya setiap kali diajak pergi oleh anak
UI membuat orang tuanya tanpa ragu melepasnya. Ia adalah sosok yang baik dan
sangat santun, ia juga ceria dan tak habis-habis energinya. Menurut cerita
Mamanya, hari itu Asih sudah tidur siang demi bisa terjaga sampai larut untuk
menyambut kedatangan kami. Ia sekarang kelas 5 SD dan mau menjadi guru ketika
sudah besar. Ia pandai memomong adik lelakinya, Adam yang baru berumur 2 tahun,
ketika ibunya harus pergi ke pasar atau mencuci.
Kami dibangunkan Asih keesokan paginya pukul 5 subuh. Jam 6 kami sudah harus berkumpul di lapangan untuk briefing pagi, maka kami sholat subuh dan bersiap (tanpa mandi…) untuk berangkat. Kami ke lapangan diantar Asih, bersama tetangga kami yaitu Satria Tama dan Novi. Lapangan sudah ramai ketika kami tiba dan tak lama setelah itu kami senam singkat dan mendengarkan sedikit pengarahan. Kemudian kami bermain dengan anak-anak dan jam tujuh mengikuti senam ibu-ibu. Setelah itu dan sepanjang hari itu kami ikut Mama bekerja mengupas bawang, diselingi makan es kenyot buatan Mama Adit.
Dan bila aku berdiri
Tegar sampai hari ini
Bukan karena kuat dan hebatku
Semua karena cinta
Tak mampu diriku dapat berdiri tegak
Terimakasih cinta
Setelah menyantap ikan bakar dengan sambal manga buatan Papa, kami berangkat ke Matalangi untuk menampilkan dan menyaksikan persembahan dari kami maupun senior, lalu meriung berbagi kisah kita di keluarga dan kehidupan baru masing-masing.
Setelah itu, mengitari
api unggun, kami mendapat suntikan semangat dari abang-mba senior yang
menularkan idealisme perjuangannya. Kami resmi meneruskan pengabdian kepada
bangsa dan bergabung dalam sebuah keluarga yang akan saling menjaga dan
mengingatkan dalam kebaikan.
ps: di depan api, wajah terbalut jakun, pengap banget mau pingsan. |
arazhr
No comments:
Post a Comment